Musikalisasi Puisi : Aku Ingin Sekolah
Scene 1
Iringan : Instrument Lagu Jangan Menyerah
dari grup band D’Masiv.
Beberapa
saat setelah tiga kali deringan bel tanda masuk kelas, seorang gadis pemulung
memasuki pekarangan sekolah. Ia memunguti sampah-sampah non-organik bekas
bungkusan jajanan siswa yang tersembunyi di sela rerumputan, memasukkan ke
karung, seterusnya hingga sampai di tempat sampah yang berjarak sekitar 7 meter
dari sebuah ruang kelas. Kedua tangannya mengais sampah sementara mata yang
berbinar berusaha merekam pemandangan di depannya untuk ditampilkan dalam mimpi
pada tidur lelahnya malam nanti. Dalam tempat sampah itu, ia menemukan sebuah
buku usang. Kebahagiaan utuh merekahkan senyumnya.
Narator : Wajahnya yang kotor menyiratkan beberapa makna sekaligus,
Kebahagiaan
yang menyenangkan, karena ia bisa berada di tempat yang selalu
menjadi latar dalam
mimpi-mimpinya.
Ketakutan
yang mencemaskan, karena keberadaanya kini menyalahi waktu dan
tempat.
Keegoisan yang semakin
membuncah, karena sang hati terus-menerus meneriakkan
keinginannya untuk sekolah.
Suasana hiruk pikuk kelas
seketika teredam, dengan kehadiran seorang guru. Kegiatan belajar mengajar
dimulai. Gadis pemulung beranjak meninggalkan sampahnya dan mendekat ke ruang
kelas tersebut. Siswa-siswi berseragam sekolah, tampak sangat gagah dan anggun,
mendengarkan penjelasan materi oleh sang guru.
Pemulung
: Seperti Mereka
Jarang tidak makan,
aku sudah biasa
Hidup serba kekurangan,
menjalaninya pun aku rela
Namun, semoga saja tidak tinggal harapan
Semoga Kau kabulkan do’aku, ya Tuhan..
Aku hanya ingin bersekolah seperti mereka
Bisa
menuntut ilmu hingga ke negeri Cina
Menjadi
orang yang berguna
Tanpa
diriku harus menerima cela
Tiba-tiba,
pulpen milik seorang siswi terjatuh. Saat memungut pulpennya yang terjatuh,
siswi tersebut melihat gadis pemulung. Pada suatu detik, pandangan mereka
beradu. Siswi tersebut mengulur senyum pada gadis pemulung. Namun, ketakutan menguasai
hati gadis pemulung, membuatnya lalu berlari menjauh dari sekolah, kembali pada
tempat dimana seharusnya ia berada. Sementara siswi itu meminta izin keluar
kepada gurunya, ia ingin bertemu gadis pemulung. Namun, sesampainya diluar ia
hanya menemukan buku usang tergeletak pada koridor belakang ruang kelas,
ditempat gadis pemulung tadi berada. Siswi itu memungutnya dan kembali ke
kelas.
Iringan : Instrument Lagu Himne Guru.
Seorang Siswa : Pahlawan Pendidikan
Jika dunia kami yang dulu kosong
tak pernah kau isi
Mungkin hanya ada warna hampa, gelap
tak bisa apa-apa, tak bisa kemana-mana
Tapi kini dunia kami penuh warna
Dengan goresan garis-garis, juga kata
Yang dulu hanya jadi mimpi
Kini mulai terlihat bukan lagi mimpi
Itu karena kau yang mengajarkan
Tentang mana warna yang indah
Tentang garis yang harus dilukis
Juga tentang kata yang harus dibaca
Terimakasih guruku dari hatiku
Untuk semua pejuang pendidikan
Dengan pendidikanlah kita bisa memperbaiki bangsa
Dengan pendidikanlah nasib kita bisa dirubah
Apa yang tak mungkin kau jadikan mungkin
Hanya ucapan terakhir dariku
Gempitakanlah selalu jiwamu
wahai pejuang pendidikan Indonesia
Jika dunia kami yang dulu kosong
tak pernah kau isi
Mungkin hanya ada warna hampa, gelap
tak bisa apa-apa, tak bisa kemana-mana
Tapi kini dunia kami penuh warna
Dengan goresan garis-garis, juga kata
Yang dulu hanya jadi mimpi
Kini mulai terlihat bukan lagi mimpi
Itu karena kau yang mengajarkan
Tentang mana warna yang indah
Tentang garis yang harus dilukis
Juga tentang kata yang harus dibaca
Terimakasih guruku dari hatiku
Untuk semua pejuang pendidikan
Dengan pendidikanlah kita bisa memperbaiki bangsa
Dengan pendidikanlah nasib kita bisa dirubah
Apa yang tak mungkin kau jadikan mungkin
Hanya ucapan terakhir dariku
Gempitakanlah selalu jiwamu
wahai pejuang pendidikan Indonesia
Pelajaran berlanjut hingga bel berdering tiga kali
tanda kegiatan belajar mengajar berakhir.
Scene 2
Iringan
: Instrument Lagu Bunda dari Melly Goeslaw.
Seorang anak dengan
pakaian seragam memasuki ruang keluarga sebuah rumah yang cukup mewah. Ayahnya
sedang membaca koran sambil menyeruput segelas kopi. Sementara Ibunya sedang
membaca majalah. Aktivitas kedua orangtua berhenti melihat anaknya yang baru
pulang sekolah. Anak tersebut
menyalimi kedua orangtuanya. Ia lalu menceritakan mengenai gadis pemulung yang
ia temui di sekolah.
Siswi Penolong : Satu Kesempatan Saja
(Karya : Nur Fadilah – SMA
Negeri 1 Maumere)
Aku
melihatnya, lagi
Wajahnya
terpatri pada bingkai jendela kelasku
ia
pasti gadis pemulung itu, yang sering singgah
demi
melihat kami belajar
Lewat
tatapannya, aku tahu ada sesuatu
Semangat,
hasrat, mimpi
Tersirat
jelas, bahwa ia ingin sekolah
Sebuah
kemauan tanpa dukungan
Aku
yakin, sangat yakin
Ia
akan berhasil bila diberi kesempatan
Anak itu memandang penuh harap
kepada kedua orangtuanya, berharap ada kepedulian di hati Ayah Ibunya untuk
gadis pemulung. Sang Ayah mengangguk, tersenyum bangga akan kemuliaan hati
anaknya, begitu juga sang Ibu.
Ayah Siswi Penolong : Menjadi Berguna
(Karya : Nur
Fadilah – SMA Negeri 1 Maumere)
Jiwa yang rapuh ini,
tak
lama lagi menjadi debu
Alangkah
bahagia,
bila
di senja ini dapat berguna
Mungkin bagi tunas bangsa yang baru tumbuh
Selagi
mampu,
akan
ku sirami dan ku beri pupuk
Agar
dapat berbunga indah di kemudian hari,
hingga
menjadi kebanggaan semua hati
Ketiganya lalu berpelukan bahagia.
Scene 3
Iringan : Instrument Lagu Laskar
Pelangi dari grup band Nidji.
Gadis
pemulung akhirnya bisa bersekolah atas bantuan Ayah dan Ibu dari siswi penolong.
Dengan seragam, sepatu, dan tas barunya, ia berangkat ke sekolah bersama siswi
penolong. Ia sangat bersyukur atas anugerah Tuhan, yang luar biasa ini.
Pemulung
: Ku Bahagia
(Karya : Nur Fadilah – SMA Negeri 1
Maumere)
Inilah aku !
Dengan balutan
seragam sekolah dan sepasang sepatu
Tas berisi buku terasa beratnya di bahu
Bahagiaku terbang hingga ke langit ke-tujuh
Terima kasih Tuhan, atas semua anugerah-Mu
Ini adalah saat yang kutunggu
Aku akan jadi yang
terbaik
Gadis pemulung
beradaptasi dengan sekolah barunya. Kebaikan hatinya dan semangatnya yang
pantang menyerah, membuat para siswa dan guru di sekolah menyukainya.
Pemulung : Majulah Terus
Siswa Indonesia
Dengar,
dengar, dengarlah isi tulisan ini
Hanya
kepadamu harapan ku sandangkan
Hanya
kepadamu cita- cita dipertaruhkan
Tak ada sesuatu yang tak mungkin bagimu
Bangkitlah melawan arus yang terus mendera
Kuasailah dirimu dengan sikap optimis
Paculah laju kudamu sekencang-kencangnya
Lawanlah bebatuan terjal yang mengusik di jalanan
Tak ada sesuatu yang tak mungkin bagimu
Bangkitlah melawan arus yang terus mendera
Kuasailah dirimu dengan sikap optimis
Paculah laju kudamu sekencang-kencangnya
Lawanlah bebatuan terjal yang mengusik di jalanan
Ingat,
Engkau adalah harapan, engkau adalah masa depan
Masa depan ada di tanganmu
Harapan terpendam ada di pundakmu
Nasib bangsa engkau yang menentukan
Masa depan ada di tanganmu
Harapan terpendam ada di pundakmu
Nasib bangsa engkau yang menentukan
Musikalisasi puisi berakhir, dan semua pemain kembali
ke belakang panggung.
THE END
Karya
: Crew SMA Negeri 1 Maumere (Kelas XI Ilmu Bahasa 2010-2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar